Si Kelinci dan Si Kura-Kura

Dahulu kala hiduplah seekor kelinci yang selalu mengobral cerita bagaimana dia bisa berlari lebih cepat daripada hewan lainnya, begitu senang menggoda kura-kura karena kelambanannya. Lalu pada suatu hari, kura-kura marah dan menjawab : “Kamu pikir siapa dirimu? Tidak ada menyangkal kau memang cepat, tapi bahkan kau tetap bisa dikalahkan.”

Mendengar ucapan si kura-kura, si kelinci tertawa cekikikan.

“Aku? Kalah dalam lomba? Dengan siapa? Pastinya bukan kalah darimu! Aku yakin tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menang melawanku, aku sangat cepat. Nah, kenapa tidak kita coba? ”

Terganggu oleh bualan-bualan si kelinci, kura-kura menerima tantangan itu. Perlombaan direncanakan dan saat fajar hari berikutnya mereka berdua telah berdiri di garis start. Si kelinci menguap mengantuk menunggu kura-kura dengan begitu perlahan berjalan menuju garis start. Si kelinci melihat bagaimana lambatnya saingannya, ia pun memutuskan untuk tidur sejenak. “Silakan duluan!” katanya. “Aku hanya ingin tidur sejenak dan aku akan segera mengejar kamu dalam waktu satu menit.”

Si kelinci terbangun dan dengan gelisah berusaha mencari kura-kura. Namun ternyata kura-kura hanya berada dalam jarak yang cukup dekat, baru hampir sepertiga jarak perlombaan. Menarik napas lega, kelinci memutuskan ia untuk sarapan juga dan ia pun pergi mengunyah beberapa kubis yang ia lihat di ladang terdekat. Tetapi makanan berat dan panas matahari membuat kelopak matanya terasa berat. Dengan sekilas pandang mencari kura-kura yang sekarang sudah setengah jarak perlombaan, ia memutuskan untuk istirahat sejenak. Dan dengan tersenyum ia membayangkan ekspresi wajah si kura-kura darat ketika melihat kecepatan kelinci. Ia jatuh tertidur dengan cepat dan segera mendengkur gembira. Matahari mulai tenggelam, di bawah cakrawala kura-kura yang lambanberjarak nyaris satu meter dari garis finish. Pada detik yang sangat kritis, si kelinci terbangun dengan tersentak. Dia bisa melihat si kura-kura berupa titik di kejauhan dan dia pun segera berlari. Dia melompat sekuat-kuatnya, lidahnya terkulai dan mulai terengah-engah.

Hanya kurang beberapa lompatan lagi dan ia akan mencapai garis finish terlebih dahulu. Tetapi lompatan terakhir kelinci itu terlalu lemah, dan kura-kura akhirnya berhasil mengalahkannya. Kasihan si kelinci! Lelah dan menyesal, ia terkulai di samping kura-kura yang diam-diam tersenyum padanya.

One of Aesop’s Fables
Illustrated by Arthur Rackham

 

Leave a comment